BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia pada dasarnya bukanlah makhluk yang sangat luar
biasa, karena kita juga berasal dari sumber evolusi yang sama sebagaimana
halnya spesies lainnya. Seleksi alam gen yang telah memberikan kita (manusia)
tubuh dan otak. Namun demikian, otak yang diberikan oleh seleksi alam kepada
kita adalah otak dengan ukuran yang luar biasa besarnya, sedemikian besarnya
sehingga otak dapat melakukan sesuatu yang luar biasa.
Dengan menggunakan bahasa dan budaya, manusia telah
membentuk masyarakat dimana terjadi evolusi seperti yang dikatakan oleh teri Darwin.
Kita
hidup dalam lingkungan yang sangat terpelihara, sebagian besar di atur oleh
teknologi,sebagian besar terpisah dari lingkungan dimana gen kita pada mulanya
diseleksi secara alamiah. Dengan demikian apa yang berbeda mengenai kita adalah
bahwa tidak mungkin melihat lagi untuk melihat manusia dengan cara yang sama
seperti melihat lebah liar atau kianguru. Kenapa demikian? Apa yang dilakukan
oleh kanguru yang meningkatkan kelangsungan hidup gennya?. Dengan demikian,
evolusi merupakan prinsip yang paling berpengaruh dalam biologi. Oleh karena
itu, mmenjadi untaian tema yang di bahas dalam makalah ini.
Pada kesempatan ini, makalah yang kami susun ini adalah
tentang materi evolusi. Yang pada dasarnya, di terapkan oleh Darwin yang
menyajikan kasus-kasus yang meyakinkan tentang evolusi tersebut dan
menghubungkan apa yang sebelumnya dilihat sebagai suatu kumpulan fakta
membingunkan dan tidak saling berkaitan menjadi suatu pandangan kohesif
mengenai kehidupan.
Walaupun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai pembelajaran
tentang materi tersebut.
B. Rumusan
Masalah
1. Konteks historis untuk teori evolusi
2. Revolusi Darwinian
3. Bukti-bukti evolusi
4. Evolusi populasi
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori Darwin
2. Memberikan wawasan mengenai konsep teori evolusi
3. Untuk mengetahui bagaimana asal mulanya suatu kehidupan,
spesies, dan tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN TEORI
A. KONTEKS
HISTORIS UNTUK TEORI EVOLUSI
Evolusi mengacu pada proses yang telah mengubah bentuk
kehidupan di atas Bumi sejak bentuknya yang paling awal sampai membentuk keaneka ragaman yang sangat luas seperti apa
yang dapat kita temukan saat ini. Darwin mengetengahkan berbagai topik yang
populer dalam biologi misalnya besarnya keaneka
ragaman dalam organisme, asal usul organisme dan kekerabatan, kemiripan dan
perbedaannya, penyebaran geografisnya, dan adaptasi dengan lingkungan
sekitarnya.
1.
Skala
alam teologi alami
Sejumlah filsuf klasik Yunani meyakini terjadinya evolusi
kehidupan secara bertahap. Akan tetapi, para filsuf yang paling mempengaruhi
kebudayaan Barat. Plato (427-347 SM)
dan muridnya Aristoteles (384-322 SM), tetap memegang pendapat yang
bertentangan dengan konsep evolusi. Plato yakin mengenai dua dunia. Yaitu suatu
dunia nyata yang ideal dan kekal, dan suatu dunia khayal (ilusi) yang tidak
sempurna yang kita tangkap melalui alat indera kita. Evolusi akan kontra
produktif di dalam suatu dunia di mana organisme ideal sudah teradaptasikan
secara sempurna terhadap lingkungannya.
Aristoteles yakin bahwa semua bentuk kehidupan dapat disusun dalam
suatu skala atau tangga dengan tingkat kerumitan yang semakin tinggi yang
kemudian di kenal sebagai skala alam. Masing-masing bentuk kehidupan memiliki
anak tangga yang telah ditentukan untuknya pada tanggal tersebut dan setiap
anak itu diambil (terisi). Dalam pandangan mengenai kehidupan yang telah
berlaku selama 2000 tahun ini, spesies bersifat permanen, sempurna, dan tidak
berkembang.
Dalam budaya Judeo-Kristen,
kitab perjanjian lama yang berisi penciptaan, dikuatkan ide bahwa setiap
spesies telah diciptakan atau dirancang satu persatu dan bersifat permanen.
Pada awal tahun 1700-an, biologi di Eropa dan Amerika didominasi oleh teologi
alami, yaitu suatu filosofi yang dikhususkan pada penemuan rencana sang
pencipta dengan cara mempelajari alam. Para pengikut teologi alami melihat
adaptasi organisme sebagai bukti bahwa sang pencipta telah merancang
masing-masing dan setiap spesies untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan utama
tenologi alami adalah untuk mengelompokkan spesies dan memperlihatkan tahapan
skala kehidupan yang telah dicitakan oleh Tuhan.
Carlos Linnaceus (1707-1778), seorang dokter dan ahli botani Swedia, mecari
keteraturan dalam keanekaragaman kehidupan “untuk kemuliaan dan keagungan
Tuhan”. Linnaeus adalah pendiri Taksonomi, yaitu cabang biologi yang membahas
penamaan dan pengelompokan bentuk kehidupan yang sangat beraneka ragam. Beliau
mengembangkan system dua bagian atau binominal untuk menamai organisme menurut
genus dan spesies yang masih tetap digunakan hingga saat ini. Selain itu,
Linneaus memakai suatu system untuk mengelompokkan spesies yang saling mirip
dalam suatu jenjang kategori yang semakin umum. Sebagai contoh, spesies yang
mirip dikelompokkan ke dalam genus yang sama, genus yang mirip dikelompokkan
kedalam family yang sama, dan demikian selanjutnya. Bagi Linneaus pengelompokan
spesies dalam satu kelompok tidak mengimplikasikan adanya pertalian keluarga
menurut garis evolusi, tetapi seabad kemudian system toksonominya ternyata
menjadi titik focus pendapat Darwin mengenai evolusi.
2.
Cuvier,
Fosil, dan Katastrofisme
Kajian mengenai fosil juga menjadi dasar kerja bagi ide
Darwin. Fosil adalah peninggalan bersejarah organisme dari masa lalu, yang
mengalami mineralisasi di dalam batuan. Sebagian besar fosil ditemukan dalam
batuan sedimen atau batuan endapan yang terbentuk dari pasir dan lumpur yang
mengendap didasar laut, danau, dan rawa. Lapisan-lapisan endapan baru akan
menutupi lapisan endapan yang lebih tua dan menekannya menjadi lapisan batu
yang saling berimpitan yang disebut strata (tunggal). Kemudian, erosi mungkin
mngikis strata yang paling atas dan menyikap strata yang lebih tua yang
terkubur. Fosil dalam lapisa-lapisan itu menunjukkan bahwa suatu suksesi
(urutan) organisme-organisme telah
mnghuni bumi sepanjang masa.
Paleontology, yakni ilmu mengenai fosil, telah banyak dikembangkan oleh
ahli anatomi Perancis Georges Cuvier ((1769-1832), menyadari bahwa sejarah
kehidupan teekan dalam strata yang mengandung fosil, ia mendokumentasikan
suksesi spesies-spesies fosil di Lembah Paris. Dia mencatat bahwa setiap strata
ditandai dengan suatu kelompok spesies fosil yang unik, dan semakin dalam
(semakin tua) stratum maka semakin berbeda flora (kehidupan tumbuhan) dan fauna
(kehidupan bainatang) dari kehidupan modern. Bahkan Cuvier mengenali bahwa
kepunahan merupakan peristiwa yang umum terjadi dalam sejarah kehidupan. Dari
stratum ke stratum, spesies baru muncul dan spesies lain menghilng. Namun,
cuviier merupakan penentang kuat bagi para penganut evolusi pada masanya.
Sebagai penggantinya, ia mendukung faham katastrofisme, dan berspekulasi bahwa
setiap batas di antara strata berhubungan dengan suatu masa terjadinya bencana
alam yang memusnahkan banyak spesies yang hidup di sana pada masa itu. Ia
mengemukakan bahwa bencana alam periodic ini umumnya hanya terbatas pada suatu
wilayah geografis local dan bahwa daerah yang mengalami kerusakan atau bencana
telah di huni kembali oelh spesies yang berpindah dari daerah lain.
3.
Teori-teori
gradualisme geologis
Bersaing dengan teori Katastrofisme Cuvier adalah suatu
ide yang berbeda mengenai bagaimana proses geologis membentuk lapisan kerak
bumi. Pada tahun 1795, ahli geologi Skotlandia James Hutton (1726-1797) mengemukakan bahwa adalah suatu hal yang
mungkin untuk menjelaskan berbagai bentuk
tanah dengan mekanisme yang sedang bekerja di Dunia. Sebagai contoh: ia
menyarankan bahwa tebing terbentuk oleh sungai yang memotong bebatuan, dan
bahwa batuan sedimen dengan fosil hewan laut terbentuk dari pertikel yang telah
terkena erosi dari daratan yang dibawa oleh sungai kelautan. Huton menjelaskan
sifat dan ciri geologis Bumi dengan teori Gradualisme (secara bertahap), yang
menganggap bahawa perubahan yang dalam dan nyata merupakan produ kumulatif
proses yang berlangsung lambat namun berlangsung terus-menerus.
Ahli geologi terkemuka pada masa Darwin, seorang
berkebangsaan skotlandia bernama Charles
Lyell (1997-1875), memaduka teori gradualisme Hutton dalam suat teori yang
di kenal dengan nama uniformmitarianisme atau
keseragaman. Istilah-istilah itu mengacu pada ide Lyell bahwa proses geologis
masih belum berubah sepanjang sejarah Bumi ini. Dengan demikian, sebagai contoh, gaya yang membangun
pegunungan dan mengikis pegunungan serta laju dimana gaya ini bekerja saat ini
sama besarnya seperti dimasa silam. Darwin dipengaruhi sangat kuat oleh dua
kesimpulan yang dihasilkan dari pengamatan Hutto dan Lyell. Yaitu:
Ø Jika perubahan geologis merupakan akibat dari kerja yang
lambat dan terus-menerus dan bukan akibat dari kejadian yang tiba-tiba, maka
Bumi ini sudah pasti sangat tua, tentunya jauh lebih tua dari 6000 tahun
seperti yang dinyatakan oleh banyak ahli teologi berdasarkan petunjuk dari
kitab injil.
Ø Prose yang sangat lambat namun sangat halus yang bertahan
selama periode waktu yang sangat panjang dapat menyebabkan perubahan yang cukup
besar. Namun, Darwin bukanlah seseorang yang pertama menerapkan prinsip
gradualisme pada evolusi biologi.
4.
Penempatan
fosil dalam suatu konteks evolusi
Menjelang akhir abas ke-18, beberapa ilmu ahli alam
menyatakan bahwa kehidupan telah berkembang bersama-sama dengan evolusi Bumi
ini akan tetapi, hanya satu di antara para pendahulu Darwin yang mengembangkan
suatu model konfrehensif untuk mencoba enjelaskan bagaimana kehidupan
berevolusi. Dia adalah Jean Baptiste
Lamarck (1744-1829)
Lamarck mempublikasikan teori evolusinya pada tahun 1809,
tahun kelahiran Darwin. Lamarck saat itu mengepalai koleksi invertebarata di
Museum nsejarah alam di paris. Dengan cara membandingkan spesies masa kini
dengan bentuk-bentuk fosil, ia dapat melihat beberapa garis keturunan,
masing-masingnya memberika urutan kronologis dari fosil yang lebih tua hingga
fosil yang lebih muda yang menuju ke spesies modern. Apabila Aristoteles
mengtakan melihat satu anak tangga, maka, Lamarck mengatakan melihat banyak,
dan ia berpikir bahwa spesies yang dapat menaiki anak tangga itu dan menjjadi
spesies yang lebih kompleks. Pada anak tangga yang paling bawah terdapat
organisme mikroskopik, yang diyakini oleh Lamarck dihasilkan terus-menerus
secara spontan dari bahan-bahan yang tidak hidup. Pada puncak tangga evolusi
terdapat tumbuhan dan hewan yang paling kompleks. Evolusi telah di gerakkan
oleh suatu kecenderungan naluriah untuk menjadi semakin kompleks, yang oleh
Lamarck di samakan dengan kesmepurnaan.
Ketika organisme mencapai kesempurnaan, organisme itu
dapat semakin lebih baik beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan demikian,
Lamarck yakin bahwa evolusi memberikan respon terhadap kebutuhan yang dirasakan
oleh organisme. Lamarck terutama di kenang karena mekanisme Karena mekanisme
yang dikemukakannya untuk menjelaskan bagaimana adaptasi spesifik berkembang.
Mekanisme tersebut menggabungkan dua ide yang populer pada masa Lamarck. Yaitu:
Ø Bahwa bagian-bagian tubuh yang digunakan seara luas untuk
menghadapi lingkungan akan menjadi lebih besar dan lebih kuat, sedangkan di
pihak lain, bagian-bagian tubuh yang tidak digunakan akan mengalami penurunan.
Salah satu contohnya adalah berkembangnya lotot lengan atas yang lebih dengan
pandai besi yang memegang palu dan seekor jerapah yang merentangkan lehernya
untuk mencapai dedaunan pada cabang-cabang yang tinggi.
Ø Disebut dengan pewarisan sifat yang diperoleh. Dalam
konsep hereditas ini, modifikasi yang didapatkan oleh suatu organisme dapat
diteruskan pada turunannya. Leher jerapah yang panjang, demikian Lamarck
beranggapan, berkembang se ara perlahan-lahan sebagai produk komulatif banyak
sekali generasi nenek moyang yang merenggangkan lehernya semakin tinggi dan
semakin tinggi lagi.
Namun demikian, tidak ada bukti bahwa sifat-sifat yang
didapatkan bisa diwariskan. Para pandai besi bisa meningkatkan kekuatan dan
staminanya sepanjang hidupnya karena mengayun-ayunkan palu yang berat, tetapi
sifat yang didapatkan ini tidak mengubah gen yang di wariskan oleh gamet kepada
keturunannya. Meskipun teori Lamarck dicemoh oleh beberapa kalangan saat ini
karena kesalahan asumsinya bahwa sifat yang di dapatkan bisa di wariskan, pada
masa Lamarck konsep pewarisan tersebut umumnya di terima. Namun demikian, bagi
sebagian besar sejawat Lamarck, mekanisme evolusi merupakan topic pembicaraan
yang tidak relevan karena mereka sangat yakin bahwa spesies sudah mantap dan
tidak ada teori evolusi yang dapat diterima secara serius. Lamarck telah
difitnah, khususnya oleh Cuvier, yang tidak berperan dalam evolusi. Dalam
retrokspeksi, sesungguhnya Lamarck pantas mendapatkan banyak kredit dan pujian
bagi teorinya yang berpandangan ke depan dalam berbagai hal: dalam tuntutannya
bahwa evolusi merupakan penjelasan paling baik bagi adanya fosil dan
keanekaragaman kehidupan saat ini, dalam pengakuannya atas kehebatan usia bumi.
B. REVOLUSI
DARWINIAN
1. Sejarah
Darwin

a.
Pelayaran kapal HMS Beagle

Darwin menulis
banyak sekali mengenai fauna dan flora dari berbagai daerah di Amerika Selatan.
Ia mencatat bahwa tumbuhan dan hewan di benua itu memiliki ciri khas Amerika
Selatan, yang sangat berbeda dari tumbuhan dan hewan di beunua Eropa. Namun hak
tersebut belum mencengangkan. Akan tetapi, Darwin juga mencatat bahwa tumbuhan
dan hewan di daerah yang beriklim sedang Amerika Selatan lebih dekat
kekerabatannya dengan spesies yang hidup di daerha tropis benua tersebut di bandingkan dengan spesies
di daerah yang beriklim sedang di daratan Eropa. Selain itu, fosil di Amerika
Selatan yang ditemukan oleh Darwin, meskipun jelas berbeda dari spesies modern,
sangat jelas khas Amerika Selatan dalam kemiripannya dengan tumbuhan dan hewan
yang hidup di benua tersebut.
Saat kapal Beagle
berlayar dari Galapagos, Darwin telah selasai membaca buku lyell yang berjudul Principles of Geology. Ide Lyell,
bersama-sama dengan pengalamnnya di kepulauan Galapagos, telah membuat Darwin
meragukan pandangan gereja bahwa bumi adalah statis dan diciptkan hanya
beberapa ribuan tahun yang lalu. Dengan mengakui bahwa bumi ini sudah sangat
tua dan secara spontan berubah, Darwin telah mengambil langkah penting menuju
pengenalan bahwa kehidupan di Bumi juga telah berevolusi.
b.
Pembelajaran Darwin pada adaptasi
Setelah kembali ke
Britania Raya pada tahun 1836, Darwin mulai mengevaluasi kembali semua yang
telah diamati selama pelayaran kapal beagle.
Ia mulai memahami bahwa asal mula spesies baru dan adaptasi dengan lingkungan
adalah dua proses yang saling berkaitan. Tampak bagi dia bahwa sebuah spesies
baru timbul dari bentuk nenek moyangnya melalui akumulasi adaptasi yang terjadi
secara bertahap terhadap lingkungan hidup yang berbeda. Sebagai contoh, jika
suatu sawar geografis; seperti selat yang memisahkan pulau-pulau dikedua
populasitersebut semakin lama semakin berbeda sehingga bisa dipisahkan menjadi
dua spesies yang berbeda. Dari kajian-kajian yang dilakukan bretahun-tahun
setelah pelayaran Darwin, para ahli biologi telah menyimpulkan bahwa inilah
yang terjadi pada burung fich di
Galapagos itu. Satu diantara banyak perbedaan pada burung finh itu adalah paruhnya,
yang telah dia daptasikan dengan makanan khas yang tersedia pada pulau tempat
mereka tinggal. Darwin mengantisipasi bahwa menjelaskan bagaimana adaptasi
seperti itu mucul, penting bagi pemahaman evolusi.
Pada awal tahun 1844-an
Darwin telah mengetahui bagian-bagian penting dari teorinya mengenai seleksi
alam sebagai mekanisme evolusi. Akan tetapi, ia masiuh belum mempublikasikan
pemikirannya itu. Kesehatannya pada waktu itu dalam keadaan buruk, dan ia
jarang sekali meninggalkan rumah. Namun demikian, ia tidak teisoslasi dari
komunitas ilmiah. Terkenal sebagai seseorangnaturalis karena surat dan specimen
yang dikirimnya ke Britania Raya selama pelayaran kapal beagle, Darwin sering sekali mengadakan korespondensi dan mendapat
kunjungan dari Lyell Henslow, dan para sains lainnya.



(a). pemakan biji-bijian (b). pemakan serangga (c). pemakan
serangga
2. Terjadinya
Evolusi dan Seleksi Alam Sebagai Mekanisme Darwin
Darwinisme mempunyai art ganda. Segi pertamanya adalah
pengenalan evolusi sebagai penjelasan untuk kesatuan dan keanekaragaman
kehidupan. Segi keduanya adalah konsep Darwinian mengenai seleksi alam sebagai
akibat evolusi adaftif .
a.
Pewarisan dengan modifikasi
Darwin memandang
adnya kesatuan dalam kehidupan, dimana semua organisme berkerabat melalui garis
keturunan dari prototype yang tidak diketahui yang hidup pada zaman dahulu
kala. Ketika turunan organisme itu terpencar ke berbagai habitat yang berbeda
selama jutaan tahun, organisme itu akan mengakumulasi modifikasi atau adaptasi,
yang beraneka ragam, yang membuat mereka menjadi cocok dengan suatu cara hidup
tertentu.
Dalam pandangan
Darwinian, sejarah kehidupan diibaratkan sebagai sebuah pohon dengan banyak
sekali cabang yang memunculkan cabang-cabang yang lebih kecil lagi dari batang
yang sama, terus sampai ke ujung ranting yang paling muda, suatu symbol
keanekaragaman organisme hidup, pada setiap titik percabangan pohon evolusi itu
terdapat nenek moyang dimiliki bersama oleh semua garis cabang evolusi dari
titik percabangan tersebut. Spesies yang erat sekali hubungannya, seperti singa
dan harimau, memiliki banyak sifat dan ciri yang sama karena garis turunan
nenek moyangnya sama sampai kecabang terkecil pada pohon kehidupan itu. Banyak
cabang evolusi bahkan cabang utama sekalipun merupakan ujung buntu sekitar 99%
dari semua spesies yang pernah hidup di bumi ini sudah punah.
Bagi Darwin,
hirarki alamiah dari skema Linneaus mereflesikan geneologi bercabang dari pohon
kehidupan dengan organisme pada level taksonomik yang berbeda dihubungkan melalui
turunan dari nenek moyang yang sama. Jika kita bisa mengakui bahwa singa dan
harimau lebih erat hubungan kekerabatannya
di bandingkan antara singa dan kuda, maka kita telah mengakui bahwa
evolusi telah meninggalkan dalam bentuk derajat kekerabatan yang berbeda
diantar spesies modern. Karena taksonomi adalah penemuan manusia dengan
sendirinya. Akan tetapi, bersama dengan banyak bukti lain, implikasi taksonomi
pada evolusi tidak mungkin keliru. Analisis genetik, misalnya membeberkan bahwa
spesies yang seperti singa dan harimau, meskipun sangat erat
hubungankekeluargaannya atas dasar ciri anatominya dan kriteria lain, memang
merupakan kerabat dekat dengan latar belakang hereditas yang sangat mirip.
b.
Seleksi alam dan adaptasi
Ahli biologi
evolosi Ernts Mayr telah menguraikan logika teori Darwin mengenai seleksi alam
menjadi tiga inferensi berdasarkan lima observasi yaitu:
·
Semua
spesies memiliki potensi fertilitas yang sedemikian besar sehingga jumlah
populasinya akan meningkat secara
eksponensial jika semua individu yang dilahirkan berhasil berproduksi dengan
baik.
·
Populasi
cenderung menjadi stabil dalam jumlah kecuali ada fluktusi musiman.
·
Sumber
daya lingkungan adalah terbatas
·
Individu-individu
dalam suatu populasi sangat jauh berbeda dalam hal ciri-ciri khasnya; tidak
akan ada dua individu yang persis sama
·
Banyak
diantara variasi tersebut dapat diturunkakan.
Ketiga
interferensi/kesimpulan tersebut adalah
Ø
Produksi
individu yang lebih banyak dibandingkan dengan yang dapat didukung oleh
lingkungan akan mengakibatkan adanya persaingan untuk mempertahankan keberadaan
individu di dalam populasi itu, sehingga hanya sebagian keturunan yang dapat
bertahan hidup pada setiap generasi.
Ø
Kelangsungan
hidup dalam perjuangan untuk mempertahankan hidup tidak terjadi secara acak,
tetapi bergantung sebagian pada susunan sifat terwarisi dari individu yang
bertahan hidup. Individu yang mawarisi sifat-sifat baik yng membuat
individu-individu tersebut cocok dengan lingkungannya, besar kemungkinan akan
emnghasilkan lebih banyak keturunan dibandingkan dengan individu yang kurang
cocok sifatnya terhadap lingkungannya.
Ø
Kemampuan
individu untk bertahan hidup dan bereproduksi yang tidak sama ini akan
mengakibatkan suatu perubahan secara bertahap dalam suatu populasi dan
sifat-sifat menguntungkan akan berakumulasi sepanjang generasi.
c.
Seluk beluk seleksi alam
Dalam hal ini, ada
beberapa seluk beluk seleksi alam. Salah satunya adalah pentingnya populasi
dalam evolusi. Suatu populasi adalah satuan terkecil yang dapat berkembang.
Seleksi alam melibatkan interaksi antara individu organisme dan lingkungannya,
tetapi individu tidak berkembang. Evolusi diukur hanya sebagai perubahan dalam
pembagian relative variasi dalam suatu populasi selama beberapa generasi.
Hal pokok lainnya
mengenai seleksi alam adalah bahwa seleksi alam hanya akan memperbesar atau
memperkecil variasi yang dapat di wariskan. Seperti yang telah kita lihat bahwa
suatu organisme bisa di modifikasi melalui hal-hal yang dialaminya sendiri
selama masa hidupnya, dan ciri yang didapatkan seperti itu bahkan mungkin lebih
mengadaptasikan organisme tersebut dengan lingkungannya, tetapi tidak ada bukti
bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat yang didapat selama maa hidup itu dapat diwariskan. Kita harus membedakan antara adaptasi yang
didapatkan oleh organisme melalui tindakannya sendiri, dan adaptasi yang
diwariskan yang berkembang dalam suatu populasi selama beberap generasi sebagai
akibat dari seleksi alam.
Juga harus
ditekankan bahwa ciri khas seleksi alam tergantung pada situasi: factor
lingkungan berbeda dari satu tempat ketempat lain dari dari suatu masa ke masa
yang lain.suatu adaptasi dalam suatu situasi mungkin tidak berguna atau bahkan
merugikan pada keadaan lain yang berbeda.
C. BUKTI-BUKTI
EVOLUSI
Beberapa orang menolak Darwinisme dan menganggapnya
sebagai hanya sebuah teori. Taktik untuk menghilangkan pandangan evolusi
mengenai kehidupan ini memiliki dua kekurangan yaitu; pertama, taktik tersebut
gagal untuk memisahkan dua tuntutan Darwin, bahwa spesies modern berkembang
dari bentuk nenek moyangnya, dan bahwa seleksi alam adalah mekanisme utama
untuk evolusi ini. Kesimpulan bahwa kehidupan telah berkembang didasarkan pada
bukti-bukti sejarah.
Teori adalah unpaya kita untuk menjelaskan fakta-fakta
dan memadukannya dengan konsep yang mencakup semuanya. Teori ilmiah mengalami
evaluasi dan pembaharuan secara terus menerus. Sesungguhnya, para saintis akan
membuang konsep evolusi seandainya fakatanya tidak konsisten dengan pengamatan
dilapangan. Namun demikian, seiring dengan berkembangnya biologi,
pnemuan-penemuan baru; termasuk penyingkapan rahsia biologi molekuler kian akan
mensahkan dan menguatkan pandangan Darwinian mengenai kehidupan.
1. Biogeografi
Penyebara geografis spesies (biogeografi) merupakan hal
yang pertama kali memberi ide akan adanya evolusi kepada Darwin. Pulau-pulau
memiliki banyak spesies tumbuhan dan hewan yang bersifat indigenous (asli, tidak ditemukan d tempat lain). Namun sangat erat
erat hubungan kekerabatannya dengan spesies di daratan utama terdekat di
pulau-pulau sekitarnya. Beberapa pertanyaan muncul. Kenapa dua pulau dengan
lingkungan yang sangat mirip di tempat yang berbeda di Bumi ini dihuni bukan
oleh spesies yang memiliki hubungan kekerabatan yang sangat erat, tetapi oleh
spesies secara taksonomi terkait dengan tumbuhan dan hewan pada dareatan yang
terdekat, dimana liungkungan seringkali sangat berebeda.
Meskipun pola geografi seperti itu tidak sesuai jika
seseorang membayangkan bahwa spesies di tempatkan satu persatu dalam lingkungan
ynag sesuai, namun pola tersebut masuk akal dalam konteks sejarah evolusi.
Dalam pandangan evolusi, kita menemukan spesies modern dimana mereka berada
karena mereka berkembang dari nenek moyang yang menempati daerah itu. Sudut
pandang evolusi biografi meramalkan bahwa armadillo
(mamalia berkulit keras yang hanya hidup di Amerika) modern adalah turunan yang
termodifikasi dari spesies yang terlebih dahulu menempati benua tersebut, dan
bukti fosil menguatkan bahwa nenek moyang sepeti itu memang benar pernah ada
2. Catatan
fosil
Pergantian (suksesi) bentuk fosil sesuai dengan apa yang
diketahui dari jenis bukti lain mengenai cabang utama keturunan dalam pohon
kehidupan. Sebagai contoh, bukti-bukti dari bidang biokimia, biologi molekuler,
dan biologi sel menempatkan prokariota sebagai nenek moyang semua kehidupan dan
memperkirakan bahwa bakteri mendahului semua kehidupan eukariota dalam catatan
fosil. Contoh lain adalah penampakan kronologis dari kelas-kelas hewan
vertebrata yang berbeda-deda dalam catatan fosil. Fosil ikan adalah yang paling
tua dari semua vertebrata lain, kemudian disusul oleh amfibia, di ikuti oleh
reptilian, kemudian mamalia dan burung. Urutan ini sesuai dengan sejarah
keturunan vertebrata sebagaimana diungkapkan oleh banyak jenis bukti yang lain.
Sebaliknya, ide bahwa semua spesies diciptakan
satu demi satu pada waktu yang hamper samamempertkirakan bahwa semua
kelas vertebrata akan muncul pertama kali pada catatan fosil pada bebatuan
dalam umur yang sama, yang ternyata berlawanan dengan apa yang sesungguhnya di amati
oleh para ahli paleontology.
Pandangan Darwinian mwngwnai kehidupan juga memperkirakan
bahwa transisi evolusioner harus meninggalkan tanda-tanda dalam catatan fosil.
Para ahli paleontology telah menemukan banyak bentuk transisi yang
menghubungkan fosil yang lebih dengan spesies modern. Sebagai contoh fosil
peralihan menghubungkan masa lalu dengan masa sekarang yaitu seekeor ikan paus
yang berkembang dari nenek moyang yang hidup di darat, suatu transisi
evolusioner yang mninggalkan banyak tanda, termasuk bukti-bukti fosil. Para
ahli paleontology yang melakukan penggalian di Negara mesir dan Pakistan
berhasil mengidentifikasi paus yang sudah punah yang memiliki tungkai belakang.
Pada bebarapa tahun ini,
Para peneliti telah menemukan paus yang telah menjadi
fosil yang menghubungkan mamalia air dengan leluhurnya yang hidup di daratan
yang di tunjukkan pada tulang kaki basilosaurus yang sudah menjadi fosil, salah
satu dari paus kuna itu. Paus tersebut sudah menjadi hewan air yang tidak lagi
menggunakan kakinya untuk menyokong badannya dan untuk berjalan. Tulang kaki
paus fosil yang lebih tua yang bernama ambulocetus lebih kuat dan kokoh. Ambulocetus mungkin merupakan
hewan amfibia yang hidup di darat dan di air. (perhatikan gambar)





3. Anatomi
perbandingan
Pewarisan dengan modifikasi sangat jelas terlihat pada
kemiripan anatomi pada spesies yang di kelompokkan ke dalam kategori taksonomi
yang sama. Sebagai contoh, banyak elemen kerangka yang sama menyusun tungkai
depan manusia, kucing, paus, kelelawar dan semua mamalia lain, meskipun tungkai
tersebut memiliki fungsi yang sangat berbeda. (lihat gambar). Tentunya, cara terbik untuk membangun infrastruktur
sayap kelelawar bukan merupakan cara terbaik untuk membangun sirip paus.
Perbedaan anatomi seperti itu tidak masuk akal jika struktur tersebut secara
unik direkayasa dan tidak saling berhubungan. Suatu penjelasan yang lebih
mungkin adalah bahwa kemiripan dasar tungkai depan ini adalah akibat dari di
turunkannya senua mamalia dari satu nenek moyang yang sama. Tungkai depan,
sayap, sirip, dan lengan dari mamalia yang berbeda adalah variasi dari pokok
struktur dasar yang sama. Akibat fungsi yang berbeda pada setap spesies, maka
struktur dasarnya dimodifikasi.
Kemiripan dalam ciri khusus yang dihasilkan dari nenek
moyang yang sama disebut homologi.
Dan tanda-tanda anatomis evolusi seperti itu disebut struktur homolog. Anatomi perbandingan konsisten dengan semua
bukti-bukti lain dalam memberikan bukti bahwa evolusi adalah suatu proses
pemodelan ulang dimana struktur nenek moyang yang berfungsi dalam suatu
kapasitas di modifikasi ketika mereka mengemban fungsi baru.

Beberapa struktur homolog yang
paling menarik adalah organ vestigial (organ
sisa yang tidak berguna lagi) yaitu struktur dengan arti penting yang kecil,
jika ada, bagi organisme tersebut, organ vestigial merupakan sisa-sisa historis
dari struktur yang memiliki fungsi penting pada leluhurnya.
4. Embriologi
perbandingan
Organisme yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat
akan mengalami tahapan yang sama dalam perkembangan embrionya. Semua embrio
vertebrata akan mangalami suatu tahapan dimana mereka memiliki kantung insang
pada bagian samping tenggorokannya. Pada tahapan perkembangan ini, persamaan
pada ikan, katak, ular, burung, manusia, dan semua vertebrata lain jauh lebih
terlihat dari pada perbedaannya. Sementara perkembangan itu berlangsung,
berbagai vertebrata menjadi semakin bervariasi, dan akhirnya akan memiliki ciri
khas pada kelasnya. Pada ikan, misalnya kantung insang berkembang menjadi
insang; pada vertebrata darat, struktur embrio tersebut akan dimodifikasi untuk
fungsi-fungsi lain, seperti saluran eustachius yang menghubungkan telinga
tengah dengan tenggorokan pada manusia.
Embriologi perbandingan seringkali membentuk homologi
pada beberapa struktur, seperti kantong insang, yang menjadi sedemikian berubah
pada perkembangan selanjutnya sehingga asal mulanya yang sama tidak lagi
terlihat dengan jelas saat membandingkan bentuknya yang telah berkembang secara
lengkap. Dilihat dari prinsip Darwinian mengenai pewarisan yang di modifikasi,
banyak ahli embriologi pada akhir abad ke-19 mengemukakan pandangan yang
ekstrim yaitu “ontogeny memberikan
ikhtisar filogeni”. Pendapat ini menganggap bahwa perkembangan organisme
individu (antogeni) merupakan pengulangan sejarah evolusioner spesies (filogenni).
Teori rekapitulasi ini adalah suatu pernyataan yang berlebihan. Meskipun semua
vertebrata memiliki banyak ciri perkembangan embrio yang sama, tidak benar
bahwa mamalia pertama-tama mengalami “tahapan perkembangan ikan”, kemudia
tahapan amfibia, dan seterusnya. Ontogeny dapat memberikan petunjuk untuk
filogeni tetapi penting untuk di ingat bahwa
semua tahapan perkembangan bisa berubah sepanjang rentetan proses evolusi yang
panjang.

5. Biologi
molekuler
Hubungan evolusi diantara spesies di cerminkan dalam DNA
dan proteinnya, dalam gen dan produk gennya. Jika dua spesies memiliki pustaka
gen dan protein dengan urutan monomer yang sangat bersesuaian, urutan itu pasti
disalin dari nenek moyang yang sama. Jika dua pragraf yang panjang adalah sama
meskipun ada penggantian satu huruf dibeberapa tempa, tentunya kita akan
mengatakan bahwa paragraph itu berasal dari satu sumber yang sama.
Biologi molekuler mendukung pemikiran Darwin yang paling
berani, bahwa semua bentuk kehidupan saling berhubungan sampai tingkat tertentu
melalui cabang-cabang keturunan dari organisme yang paling awal. Bahkan
organisme yang secara taksonomi berbeda jauh seperti manusia dan bakteri,
memiliki bebrapa protein yang sama, misalnya sitokrom suatu protein yang
terlibat dalam respirasi seluler pada semua spesies aerob. Mutasi telah
menggantikan asam amino di beberapa tempat pada protein tersebut selama
perjalanan panjang evolusi, tetapi molekul sitokrom pada semua spesies sangat
mirip dalam struktur dan fungsi.
Suatu kode genetik yang sama merupakan bukti yang tak
terbantahkan mengenai fakta bahwa semua kehidupan saling berhubungan. Dengan
demikian, bahsa kode genetik telah diturunkan melalui semua cabang pohon
kehidupan sejak permulaan munculnya kode genetik tersebut pada bentuk kehidupan
yang lebih awal. Dengan demikian,
biologi molekuler telah menambahkan babak terbaru pada bukti-bukti bahwa
evolusi adalah dasar kesatuan dan keanekaragaman kehidupan.
D. EVOLUSI
POPULASI
Salah satu hambatan dalam memahami evolusi adalah adanya
miskonsepsi umum bahwa tiap organisme berevolusi, dalam pengertian Darwinian,
selama masa hidup organisme tersebut. Ternyata, seleksi alam memang bekerja
pada tingkat individu. Sifat-sifat organisme mempengaruhipeluang organisme itu
untuk bertahan hidup dan keberhasilan reproduksinya. Akan tetapi, dampak
evolusioner seleksi alam ini hanya tampak dalam melacak bagaimana suatu
populasi organisme berubah seiring dengan berjalannya waktu.
1. Genetika
populasi
Sebagian besar ahli biologi mengatakan bahwa spesies
merupakan hasil evolusi, tetapi Darwin saat itu tidak begitu berhasil
mendapatkan pengakuan atas ide bahwa seleksi alam adalah mekanisme evolusi.
Seleksi alam memerlukan proses penurunan sifat yang tidak dapat dijelaskan oleh
Darwin. Teorinya didasarkan pada apa yang dilihat seperti paradox pewarisan;
yang sama menurunkan yang sama. Tetapi persis demikian. Yang kurang dari
penjelasan Darwin adalah suatu pemahaman pewarisan yang dapat menjelaskan
bagaimana variasi acak muncul dalam suatu populasi, namun tetap bertanggung
jawab atas pewarisan populasi ini secara tepat dari induk kepada keturunannya.
Meskipun Gregor dan Charles Darwin hidup pada masa yang sama, penemuan mendel
tidak di hargai saat itu, dan ternyata yang dapat melihat dan menyadari saat
itu bahwa Mendel telah menjelaskan prinsip dasar pewarisan yang sudah pasti
saat itu dapat menyelesaikan paradox Darwin dan memberikan kredibilitas
terhadap konsep seleksi alam.
a.
Sintesis evolusioner modern menggabungkan konsep seleksi
Darwinian dengan konsep pewarisan mendelian
Sungguh ironis,
ketika artikel penelitian mendel ditemukan kembali dievaluasi ulang pada
permulaan abad ke-20, banyak ahli genetika yakin bahwa hokum pewarisannya
berentangan dengan teori Darwin mengenai seleksi alam. Sebagai bahan dasar
seleksi alam, Darwin menekankan sifat kuantitatif yaitu sifat-sifat dalam suatu populasi yang
terus bervariasi, seperti panjang bulu mamalia atau kecepatan binatang berlari
menghindar dari pemangsa.
Titik balik yang
mentukan teori evolusi adalah kelahiran genetika populasi yang menekankan
luasnya variasi genetik di dalam populasi dan mengenali arti penting dari sifat
kuantitatif. Dengan kemajuan dalam genetika populasi pada tahun 1930-an, Mendel
dan Darwin dipersatukan dan dasar genetik variasidan seleksi alam dapat
dipertemukan.
Suatu teori evolusi
konfrehensif yang selanjutnya dikenal sebagai sintesis modern telah ditempa
pada awal tahun 1940-an. Disebut sebagai sintesis karena teori ini memadukan
penemuan-penemuan dan ide dari berbagai bidang yang berbeda, yang meliputi
paleontology, taksonomi, biogeografi, dan genetika populsai. Diantara arsitek
sintesis modern terdapat ahli genetika Theodosius Dobzthansky, ahli biogeografi
dan ahli taksonomi Ernts Mayr, ahli paleontology George Gaylord Simpson, dan
ahli botani G. Ledyard Stebbins. Sintesis modern menekankan arti penting
populasi sebagai unit evolusi, dan ide tentang gradualisme untuk menjelaskan
bagaimana perubahan besar dapat berkembang sebagai suatu akumulasi perubahan
kecil yang terjadi selama periode waktu yang panjang. Tidak ada paradikma
ilmiah yang dapat bertahan tanpa modifikasi selama setengah abad. Banyak ahli
biologi evolusi sekarang ini sedang menantan beberapa asumsi dalam sisntesis
modern tersebut.
b.
Struktur genetik suatu populasi ditentukan olehh
frekuensi alel dan genotipenya.
Suatu populasi
adalah suatu kelompok individu terlokalisir yang digolongkan sebagai spesies
yang sama. Sampai saat ini, kita akan mendefinisikan spesies sebagai suatu
kelompok populasi yang tiap individunya mempunyai potensi untuk saling
mengawini dan menghasilkan keturunan yang subur di alam bebas. Masing-masing
spesies memilikisuatu wilayah geografis tempat individu tersebar secara tidak merata, tetapi pada umumnya
terpusat pada beberapa populasi terlokalisir. Suatu populasi mungkin terisolasi
dari populasi lain yang berspesies sama dan jarang sekali dapat mempertukarkan
materi genetiknya.
Isolasi seperti itu
sangat umum ditemukan pada populasi yang dibatasi oleh pulau-pulau yang saling
berjauhan, danau-danau yang tidak saling berhubungan, atau daerah pegunungan
yang dipisahkan oleh dataran rendah. Namun demikian, populasi tidak selalu
terisolasi, juga tidak harus memiliki perbatasan yang jelas. Satu pusat
populasi bisa aja berbaur dengan populasi lain dalam suatu wilayah pertemuan
dimana anggota spesies itu ditemukan dalam jumlah sedikit. Meskipun populasi
ini terisolir, individu-individu masih lebih terpusat pada bagian-bagian tengah
populasinya sehingga lebih mungkin untuk kawin dengan anggota populasi yang
sama dibandingkan dengan anggota poulasi lain. Dengan demikian, individu yang
berada dekat dengan pusat populasinya.

c.
Teorema Hardy-Weinberg menjelaskan suatu populasi yang
tidak berevolusi.
Sebelum kita
mempertimbangkan mekanisme yang mempertimbangkan suatu populasi berevolusi,
akan sangat membantu untuk memeriksa, sekedar sebagai perbandingan, struktur genetik
suatu populasi yang tidak berevolusi. Kumpulan gen seperti itu dijelaskan oleh
teorema Hardy-Weinberg, yang diambil dari nama dua saintis yang secara terpisah
menghasilkan prinsip itu pada tahun 1908. Teorema tersebut menyatakan bahwa
frekuensi alel dan genotipe dalam kumpulan gen suatu populasi tetap konstan
selama beberapa generasi kecuali kalau ada yang bertindak sebagai agen lain
selain rekombinasi seksual. Dengan kata lain, pergeseran seksual alel akibat
meiosis dan fertilisasi acak tidak akan berpengaruh pada keseluruhan struktur genetik
suatu populasi.
Untuk menggunakan
teorema Hardy-Weinberg, mari kita kembali kepopulasi bunga liar rekaan kita
yang terdiri dari 500 tumbuhan tersebut. Ingat bahwa 80% diantara lokus warna
bunga pada kumpulan gen memiliki alel A dan 20% memiliki alel a. bagaimana rekomendasi genetik selama
reproduksi seksual akan mempengaruhi frekuensi kedua alel itu pada generasi
populasi Bunga liar berikutnya. Parea ahli genetika populasi kadang-kadang
mengacu persamaan umum tersebut sebagai persamaan Hardy-Weinberg. Persamaan itu
memungkinan kita untuk menghitung frekuensi alel dalam suatu kumpulan gen jika
kitamengetahui frekuensi genotipe, dan sebaliknya. Salah satu penggunaanya
adlah untuk menghitung presentasepopulasi manusia yang membawa untuk penyakit
keturunan tertentu. Sebagai contoh, satu diantara 10.000 bayi di Amerika
Serikat lahir dengan kelainan fenilketorunia (PKU), suatu gangguan metrabolisme
yang jika tidak di obati akan mengakibatkan hambatan perkembangan mental dan
permasalahan lain. (Bayi-bayi yang baru lahir sekarang secara rutin diperiksa
PKU. Dan gejalanya dapat dicegah dengan cara menjalankan diet yang ketat).
Penyakit tersebut disebabkan oleh satu alel resesif, dan dengan demikian
frekuensi individu dalam populasi individu dalam populasi Amerika Serikat yang
lahir dengan PKU bertalian dengan
pada persamaan
Hardy-Weinberg (
). Misalkan ada suatu kejadian PKU per 10.000 kelahiran,
maka itu berarti
= 0,0001. Dengan
demikian, frekuensi alel resesif untuk PKU dalam populasi adalah





P
= 1 – q = 1 – 0,01 = 0,09
Frekuensi pembawa sifat, orang heterozigot yang tidak
memiliki PKU namun dapat menurunkan alel
PKU keturunannya sebanyak
2pq
= 2 x
0,99 x 0,01
= 0,0198 (sekitar 2%).
Dengan demikian, sekitar 2% dari populasi Amerika Serikat
membawa alel PKU.
2.
Penyebab mikroevolusi
Mikroevolusi merupakan perubahan dari generasi ke
generasi dalam alel atau frekuensi genotipe suatu populasi. Jika teorema
Hardy-Winberg menjelaskan suatu kumpulan gen dalam suatu kesetimbangan yaitu
suatu populasi yang tidak berevolusi. Konsep Hardy-Weinberg menjelaskan apa
yang akan diharapkan jika suatu populasi tidak berevolusi. Nilai kesetimbangan
untuk frekuensi alel dan genotype yang dihitung dari persamaan Hardy-Weinberg
memberikan dasar untuk melacak struktur genetic suatu populasi selama beberapa
generasi. Jika frekuensi alel atau genotype menyimpang dari nilai yang
diharapkan dari kesetimbangan Hardy-Weinberg, maka populasi dikatakan sedang
berevolusi; definisi mengenai evolusi pada tingkat populasi adalah evolusi adalah suatu perubahan dari generasi
ke generasi dalam frekuensi alel atau genotype populasi, dan suatu perubahan
dalam struktur genetic populasi. Karena perubahan dalam suatu kumpulan gen
seperti itu adalah evolusi dalam skala kecil, maka keadaan ini secara lebih
spesifik di sebut sebagai mikroevolusi.
Mikroevolusi tetap berlangsung sekalipun frekuensi alel
berunah hanya untuk sebuah lokus genetic tunggal. Jika melacak frekuensi alel
dan genotope dalam suatu populasi selama bebrapa generasi yang beruntun, bebertapa
lokus bisa berada dalam kesetimbangan sementara frekuensi alel pada lokus yang
lain sedang berubah.
Ø
Ukuran populasi yang besar. Dalam populasi yang kecil, hanyutan genetic, yang
merupakan fluktuasi acak dalam kumpulan gen, dapat mengubah frekuensi alel
Ø
Terisolasi dari populasi lain. Aliran gen, pemindahan gen antar populasi akibat
pepindahan individu atau gamet, dapat mengubah kumpulan gen.
Ø
Tidak ada mutasi netto. Dengan
cara mengubah satu alel menjadi alel
yang lain, mutasi akan mengubah kumpulan gen.
Ø
Perkawinan acak. Jika individu memiliki pasangan kawinnya yang memiliki
sifat tertentu yang dapat diwariskan, maka percampuran acak gamet yang
diperlukan untuk kesetimbangan Hardy-Weinberg tidak akan terjadi.
Ø
Tidak ada seleksi alam. Kelangsungan hidup dan keberhasilan reproduksi yang
berbeda mengubah suatu kumpulan gen dengan cara menguntungkan penyebaran
beberapa alel yang lain.
Kelima syarat yang diperlukan kesetimbangan
Hardy-Weinberg memberikan suatu kerangka kerja untuk pemahaman proses yang
menyebabkan mikroevolusi. Terdapat lima agen potensial mikroevolusi yaitu: hanyutan genetic, aliran
gen, mutasi, perkawinan tidak acak, dan seleksi alam. Masing-masing agen
potensial tersebut berasal salah satu dari kelima syarat yang diperlukan untuk
kesetimbangan Hardy-Weinberg. Diantara semua penyebab mikroevolusi, hanya
seleksi alamlah yang umumnya mengadaptasikan suatu populasi ke lingkungannya.
Agen mikroevolusi lain kadang-kadang disebut sebagi nonDarwinian karena
sifatnya yang umumnya tidak adaptif.
Hanyutan genetic
Jika suatu generasi baru memperoleh alelnya secara acak,
maka semakin besar jumlah sampel, dan semakin baik kumpulan gen generasi
sebelumnya akan terwakili. Jika populasi suatu organsime berukuran kecil, maka
kumpulan gennya yang ada saat ini mungkin tidak terwakili secara tepat pada
generasi berikutnya karena kesalahan dalam pengambilan sampel. Secara ideal,
suatu populasi harus tak terhingga besarnya supaya dapat mengesampingkan
hanyutan genetik sepenuhnya sebagai suatu gen evolusi. Meskipun hal itu tidak
mungkin, banyak populasi berukuran begitu besar sehingga pergeseran genetik
bisa diabaikan. Namun demikian, beberapa populasi berukuran cukup kecil
sehingga memungkinkan hanyutan genetik yang bermakna. Dua situasi yang dapat
mengakibatkan terjadinya pergeseran genetik adalah leher botol populasi dan
pembentukan koloni baru oleh sejumlah kecil individu.
Efek leher botol (penyempitan).
Bencana seperti gempa bumi,
banjir, dan kebakaran, yang membunuh korban yang tidak pandang bulu dapat
mengurangi ukuran suatu populasi secara drastis. Hasilnya adalah bahwa susunan
genetik populasi keclil yang selamat dari bencana itu tidak mungkin lagi berupa
perwakilan susunan populasi semula; suatu situasi yang dikenal dengan efek
leher botol. Hanyutan genetik dapat terus mempengaruhi populasi selama beberapa
generasi, sampai populasi itu suatu saat cukup besar sehingga kemungkinan
terjadinya kesalahan pengambilan sampel menjadi tidak bermakna lagi. Efek leher
botol dan hanyutan genetik yang diakibatkannya, umumnya mengurangi keseluruhan
keanekaragaman genetik dalam suatu populasi karena alel untuk setidaknya
beberapa lokus kemungkinan besar hilang dari kumpulan gen.
Efek pendiri. Hanyutan genetik juga dapat menjadi kapan saja pada
beberapa individu yang menempati pulau, danau, atau beberapa habitat baru yang
terisolisir. Semakin kecil ukuran sampel, maka semakin kecil kemungkinan
susunan genetik.
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul : EVOLUSI
Penyusun : Kelompok 9
1.
Hendra
Pradinata
2.
Erna
Wati
3.
Septa
Adung
4.
Nelyana
Saputri
Kelompok : kelompok 9
Makalah ini telah disetujui dan
dibaca.
Tarakan,
November 2011
Mengetahui :
Pengampu penulis
![]() |
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kami (penulis) sehingga makalah
ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan walaupun masih
jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun dari segi materi.
Ilmu biologi merupakan ilmu yang mempelajri tentang asal
usul kehidupan dan semua makhluk hidup, yang di mulai dari unit yang paling
terkecil yaitu sel sampai yang terbesar yaitu biosfer. Pada kesempatan ini, materi dalam makalah yang kami buat
adalah konsep mengenai asal usul kehidupan hingga menjadi seperti sekarang ini atau yang sering kita dengar adalah
evolusi. Yang pada dasarnya dimulai oleh pencentus pertamanya adalah Charles
Darwin. Untuk lebih lanjutnya, dapat dilihat ke bagian isi dari makalah ini.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun supaya
makalah ini bisa bermanfaat bagi mereka yang memerlukan.
Akhir
kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga selesai. Semoga Tuhan senang
tiasa meridhoi kita semua. Amin.
Tarakan, November 2011
penulis
![]() |
DAFTAR
ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A.
LATAR
BELAKANG........................................................................................... 1
B.
RUMUSAN
MASALAH....................................................................................... 1
C.
TUJUAN................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN TEORI...................................................................................... 3
A.
KONTEKS HISITORIS UNTUK TEORI EVOLUSI.......................................... 3
B.
REVOLUSI DARWINIAN................................................................................... 7
C.
BUKTI-BUKTI EVOLUSI.................................................................................... 12
D.
EVOLUSI POPULASI.......................................................................................... 17
BAB III PENUTUP........................................................................................................... 24
A.
KESIMPULAN...................................................................................................... 24
B.
SARAN................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 25
![]() |
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
hasil penulisan makalah ini, kami dapat menyimpulkan tentang asal mula
kehidupan yang di centuskan pertama kalinya oleh Charles Darwin yang menganggap
bahwa manusia lahir dari nenek moyang yang bermula dari satu spesies kemudian
terjadi perubahan dalam waktu sangat
lama yaitu ikan, kemudian naik ke darat menjadi reptil dan seterusnya hingga
menjadi manusia yang sempurna. Tapi ilmuan setelah Chrales Darwin menganggap
bahwa klaim ini di anggap salah dan
Darwin juga tak bisa berkata apa-apa ketika ditanya awal munculnya sebuah
spesies.
Tapi,
sesuatu tidak akan bisa bahkan mustahil muncul dengan sendirinya atau muncul
secara kebetulan. Semua itu pasti ada yang menciptakan dari ketiadaan, dialah
Allah SWT yang menciptkan langit dan bumi serta isinya yang didesain secara
lengkap dan sempurna.
B.
Saran
Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik secara penulisan maupun
secara materi. Oleh karena itu, kamio sangat mebgharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun agar makalah ini bisa berguna bagi mereka
yang memerlukan dan untuk masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Browne,
J. Charles Darwin Voyaging. Princeton,
NJ: Princeton University Press, 1995. Suatu biografi yang lengkap dan menarik.
Darwin,
C. On the Origin of Species by Means of
natural Selection, atau the
preservasion of vafored races in the struggle for life. Ne york: new American
Liblary, 1963. Suatu cetakan modern buku bersejarah yang telah merevolusikan
biologi.
Futuyma,
D.J. evolutionary Biologi, 3rd
ed.surderland, MA: sinauer
Associates, 1998. Suatu buku teks kelas atas yang bersifat mendikte.
Williams,
N. ‘streercar Carries Evolution Modelers Around Roadbloks’, Science, 1996. Penerapan teori bermain dalam model evolusi.
Gibbons,
A. “The Mistery Of Humanity’s Missing Mutasions.” Science. 1995. Bukti Terjadinya Efek Leher Botol Dalam
Sejarah Kita.
Weiner,
J. “Evolution Made Visible.” Science. 1995. Pengamatan
Evolusi Yang Sedang Berlangsung.
|
DISUSUN OLEH:
HENDRA PRADINATA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2011
3 komentar:
makasih penjelasan teori evolusi darwin ini.
Izin copy..Trma ksih..
izin copy ya kak?
terima kasih atas ilmunya
Posting Komentar